mungkinkah....?
Mengapa (calon) siswa menganggap sekolah tertentu lebih baik dari sekolah lainnya?, ternyata banyak kriteria yang menyebabkan mereka berminat untuk masuk atau menilai sekolah tersebut adalah lebih baik dari sekolah lainnya. Banyak alasan mengapa sekolah itu menjadi pilihan atau tujuan sekolahnya.
Walaupun
banyak kriteria maupun alasan mereka memilih sekolahnya tersebut, ada hal-hal
dasar yang menyebabkan sebuah sekolah menjadi sekolah tujuan bagi (calon)
siswa. Sebut saja seorang calon siswa bernama Annisa, dia memilih sekolah ‘A’
karena;
1. Sekolah itu dekat dengan rumahnya.
2. Banyak temannya memilih sekolah yang sama
dengannya.
3. Sekolah tersebut sangat baik dan bisa disebut
sekolah ‘favorit’.
Itu adalah
beberapa poin alasan mengapa siswa memilih sekolahnya, dan banyak alasan
lainnya lagi mengapa siswa memilih sekolahnya. Tetapi ketika calon siswa
diberikan pilihan untuk masuk ke sekolah favorit walaupun letaknya jauh, mereka
tidak keberatan. Artinya sekolah yang dianggap favorit dimanapun sekolah itu
berada bukan merupakan halangan bagi mereka, kita bisa lihat bahwa banyak
masyarakat kita yang bersekolah sampai ke luar negeri untuk mendapatkan
pendidikan yang berkualitas di sekolah yang dia anggap terbaik atau favorit.
Untuk
membentuk sebuah sekolah menjadi sekolah ‘favorit’, sekolah impian bagi calon
siswa membutuhkan proses yang panjang, tapi ada hal yang mendasar yang dapat
dijadikan pegangan sekolah dan mulai mengarahkan sekolahnya menjadi sekolah
pilihan bagi para calon siswa. Sekolah harus memiliki ciri khusus, sekolah
harus berbeda dengan sekolah lain karena setiap perbedaan atau kepemilikan ciri
khusus tentu saja memiliki perhatian khusus pula bagi orang lain. Seperti
contoh, ada sekolah yang terkenal karena sekolah tersebut dimana para artis
sekolah di dalamnya, ada sekolah yang siswanya sebagian besar adalah para
atlet, ada sekolah yang selalu memenangkan lomba pengetahuan, seni atau bidang
lain. Semua itu timbul dan berawal dari dalam sekolah itu sendiri, bagaimana
para personil yang berkepentingan pada sekolah tersebut memiliki pemikiran dan
kemudian membentuk sekolahnya menjadi sekolah yang memiliki ciri yang menjadi
salah satu andalan sekolah dalam merekrut calon-calon siswa.
Banyak cara
sekolah untuk memiliki ciri khas, ada ciri khas yang sengaja dibentuk oleh
sekolah itu sendiri ataupun ciri khas yang timbul dengan sendirinya. Ciri khas
yang sengaja dibentuk oleh sekolah artinya sekolah membuat standar metode
pendidikan tertentu yang pada akhirnya menjadi sesuatu kelebihan pada sekolah
untuk dijadikan ciri khas. Sedangkan ciri khas yang timbul dengan sendirinya
bisa disebabkan dampak dari penerapan metode pendidikan, misalkan sekolah
memiliki standar pendidikan yang mengharuskan siswanya sudah mampu berbahasa Inggris
pada saat siswa kelas 11, sehingga menyebabkan terbentuknya kebiasaan
siswa-siswa di sekolah itu berkomunikasi dalam berbahasa Inggris dan menjadi
ciri khas sekolah bahwa bahasa Inggris menjadi bahasa sehari-hari di sekolah
itu.
Kualitas
sekolah dapat dinilai dari seberapa tinggi nilai-nilai suatu peraturan
diterapkan, makin tinggi nilai peraturan itu dibuat, maka makin tinggi pula
standar kualitas sekolah yang dimiliki. Peraturan yang dibuat tidak boleh
stagnan, tidak boleh menjadi bumerang bagi sekolah itu sendiri. Biasanya
peraturan tidak lepas dari pemberian sanksi bagi yang melanggar dan sanksi yang
diberikan tidak boleh menjatuhkan martabat siswa bersangkutan dengan menghukum
mereka yang akan membuat harga diri mereka terusik di depan rekan-rekannya,
sekolah wajib menjaga harga diri/martabat siswanya. Peraturan harus berkembang
dalam proses waktu tertentu. Sekolah harus pintar meningkatkan standar
peraturannya secara bertahap, mereka harus mengetahui peraturan-peraturan yang
mereka buat nantinya mengarah kepada tujuan dan harapan sekolah, visi dan misi.
Peraturan bukan semata-mata penerapan yang dilakukan sehari-hari yang
menjemukan tanpa adanya arah tujuan dari penerapan peraturan itu selain
kedisiplinan semata. Contoh lain peraturan sekolah harapan adalah siswa
mengikuti evaluasi belajar jangka pendek dan menengah. Pengajar yang
bersangkutan memberikan tes-tes jangka pendek dan panjang untuk mengetahui dan
menjamin bahwa siswa memahami setiap pelajaran yang diberikan.
1.
SEKOLAH
UMUM
Rani
adalah lulusan ‘sekolah umum’, berbekal ijazah yang dia miliki mencoba untuk
melamar pekerjaan pada perusahaan-perusahaan, akan tetapi apa yang dia rasakan
adalah sulitnya mendapatkan pekerjaan maupun berwirausaha. Setiap kali dia
melamar pekerjaan, dia harus bersaing dengan lulusan lain dan kerap gagal untuk
bersaing dengan mereka. Untuk mencoba berwirausaha, dia tidak memiliki
kemampuan untuk menjalankan suatu usaha bahkan usaha yang sederhana sekalipun.
Sekolah
umum menelurkan lulusan yang biasa-biasa saja, memiliki ijazah dengan nilai
yang seadanya, kemudian selanjutnya mereka harus berkompetisi dengan ribuan
lulusan dengan kemampuan yang berbeda-beda. Orang-orang yang memiliki talenta
khusus mendapatkan tempatnya dengan mudah dan menyisakan pekerjaan buangan
kepada orang-orang yang tidak memiliki kemampuan, yaitu lulusan sekolah umum.
Sekolah
umum biasanya berpedoman pada kurikulum yang ada, pengajar tidak memiliki
kewajiban dan kesadaran untuk memberikan ilmu yang lebih dari sekedar kurikulum
yang ada. Sekolah tidak mampu menciptakan pemikiran siswanya untuk berkembang,
menciptakan kreatifitas dan pengarahan bakat yang ada pada siswa. Tanggung
jawab mereka hanya kepada sekolah untuk bekerja dan mengajar, mereka enggan
berkewajiban dan berkesadaran untuk bertanggung-jawab kepada siswa dalam
meningkatkan kualitas hidup mereka sehingga mereka menjadi orang yang memiliki
kompetensi setelah lulus dari sekolah.
Hal
ini terjadi karena tidak terlihat adanya pola, visi dan misi pada sekolah umum,
walaupun ada suatu visi dan misi pada suatu sekolah umum, hal itu hanyalah
sekedar tempelan di dinding dan kadang misi dan visinya pun berlebihan tidak
sesuai dengan keadaan sekolah dan personil yang ada di dalamnya.
Kepala
sekolah dan Manajemen adalah motor atau penggerak yang seharusnya mampu merubah
pandangan dari sekolah umum menjadi sekolah harapan, sekolah yang memiliki
harapan lebih baik dari sekedar meluluskan siswanya 100% tapi tidak memiliki
kualitas lulusan yang mampu berkompetensi di luar bahkan seharusnya lulusannya
itu tidak perlu mencari pekerjaannya tetapi pekerjaan/perusahaan yang akan
membutuhkannya.
Hal
yang terberat untuk merubah keadaan dari pandangan sekolah umum menjadi sekolah
harapan adalah memulainya. Merubah keadaan dari yang biasa atau umum menjadi
hal yang baru membutuhkan keinginan yang kuat dari pihak-pihak yang
berkepentingan, terutama kepala sekolah dan manajemennya.
Kepala
sekolah dan Manajemen harus membentuk tim kecil yang memiliki kredebilitas dan
kreatifitas berpikir untuk menemukan dan membuat pedoman kerja yang baku
sebagai langkah-langkah apa saja yang harus dijalankan. Mengumpulkan
bahan-bahan pertimbangan dari berbagai sumber, kemudian setelah pedoman kerja
selesai dijadikan panduan, misi dan visi sekolah yang siap diaplikasikan, maka
kepala sekolah menyosialisasikan kepada pengajar, staf dan siswa untuk
mendukung, mengumpulkan dan mencari masukan-masukan pemikiran kreatifitas
sebagai bahan tambahan penunjang berjalannya perubahan sekolah umum menjadi
sekolah harapan.
Siswa
adalah bagaikan lembaran kosong yang harus diisi dan diprogram oleh sekolah
untuk menjadi lembaran yang bernilai. Seperti uang kertas, sekolah bisa membuat
lembar kosong itu bernilai seratus rupiah, seribu rupiah atau seratus ribu
rupiah atau bahkan menjadi surat berharga yang berniali tinggi. Dan untuk
mencetak lembar yang bernilai itu tentunya dengan menggunakan sesuatu yang baik
pula, seperti alat cetak yang baik, software yang bagus dan dikerjakan oleh
operator yang handal, dan tentunya legitimasi bahwa lembar itu memang bernilai.
Artinya sekolah harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai, memiliki pola
pendidikan yang terarah dan terpadu, pengajar yang berdedikasi tinggi dan
mendapat penilaian yang baik dari luar sekolah.
2.
SEKOLAH
HARAPAN
Sekolah
Harapan menciptakan lulusan yang mampu berkompetensi dengan lulusan sekolah
lain, karena mereka dibekali dengan kemampuan yang khas. Mereka tidak dijadikan
siswa yang pintar tapi dijadikan siswa yang cerdas, mereka tidak hanya
mengetahui 1+1=2, tetapi mereka harus tahu mengapa 1+1=2. Berpikir lebih
mendalam, belajar menganalisa persoalan untuk melatih pikiran mereka, sehingga
bakat terpendam dan kreatifitas berpikir mereka terstimulasi dan timbul menjadi
ide-ide cemerlang dan menjadikan mereka berbeda dengan yang lainnya.
Sekolah
harapan harus memiliki standar pendididkan yang lebih dari biasanya, artinya
selain kurikulum yang diberikan, sekolah menambahkan ekstrakurikuler wajib.
Setiap siswa diberikan kewajiban menguasai satu atau lebih ekstrakurikuler yang
sudah ditetapkan oleh sekolah yang sudah tercantum dan tertulis dalam buku
panduan penerapan sekolah harapan.
Salah satu kewajiban
ekstrakurikuler yang harus dimiliki sekolah harapan adalah siswa harus dapat
menguasai satu bahasa asing, dimana sekolah memfasilitasi, membimbing dan
mengajarkan mereka hingga saat kelulusannya kelak sekolah menjamin bahwa mereka
menguasai bahasa yang mereka pilih. Dan siswa secara perorangan ataupun
berkelompok memilih kegiatan seni atau olah raga untuk bersaing di luar
sekolah, sehingga mengangkat nama sekolah dalam prestasi di luar sekolah.
Salah
satu standar kelulusan yang harus diterapkan sekolah harapan adalah menguasai
bahasa asing/Inggris. Sekolah harus memiliki metode pengajaran yang efektif dan
terarah, menjamin bahwa dalam kurun waktu tertentu siswa sudah menguasainya.
2.1. Metode
Pengajaran Bahasa Inggris
Hasibuan, sebut saja dia adalah
seorang perantau dari Kota Medan Sumatra Utara, merantau ke kota Solo Jawa
Tengah. Tahukah? Setelah enam bulan merantau, dia begitu lancar berbahasa Jawa,
padahal dia tidak secara formal belajar atau kursus bahasa Jawa. Artinya untuk
menguasai suatu bahasa dengan cepat diperlukan beberapa hal seperti yang
dialami Hasibuan, yang dapat diaplikasikan dan diterapkan di lingkungan sekolah
dalam metode pembelajaran bahasa Inggris. Yang dapat diambil dari pelajaran
Hasibuan adalah bahwa dia mampu menguasai bahasa Jawa dengan cepat karena;
- Lingkungan
- Keadaan/Keterpaksaan
- Kebiasaan
Lingkungan dimana kita berada akan
membentuk diri kita, baik itu bahasa maupun kebiasaan-kebiasaannya. Kita secara
terpaksa mengadaptasikan diri kita pada lingkungan itu.
Hal di atas sangat mungkin untuk
dapat diterapkan di sekolah dengan menciptakan lingkungan, keadaan/keterpaksaan
dan kebiasaan. Sekolah dapat menciptakan lingkungan dimana orang-orangnya
berkomunikasi dalam bahasa Inggris yaitu dengan secara bertahap menetapkan
ruang-ruang tertentu dijadikan ‘English Area’, siswa diposisikan pada keadaan
keterpaksaan dengan menempeli poster atau banner dalam bahasa Inggris,
memberikan undangan atau semacamnya dalam bahasa Inggris dan hal-hal apapun ditulis
dalam bahasa Inggris. Sedangkan kebiasaan diciptakan dengan menjalankan metode
tersebut di atas secara terus menerus oleh para pengajar atau tim pelaksana.
Siswa harus diberikan akses untuk
memenuhi kebutuhannya dalam penguasaan bahasa Inggris dengan menyediakan sarana
dan prasarana, tempat pelatihan di kelas secara kurikuler maupun diluar kelas
berupa kursus ekstrakurikuler.
Sekolah harus mempunyai target
dalam menjalankan metode pembelajaran, yaitu siswa kelas 11 semester pertama
sudah harus menguasai bahasa Inggris, sehingga sekolah mempunyai waktu lebih
lama untuk mengevaluasi dan menanggulangi jika ada siswa yang mengalami
kesulitan dalam penguasaan bahasa Inggrisnya. Waktu dua tahun bagi sekolah
untuk mendidik siswa mampu berbahasa Inggris adalah waktu yang sangat memadai.
Yang perlu disadari oleh sekolah adalah bahwa makin banyak siswa yang menguasai
bahasa Igggris di sekolah maka, makin mudah pula proses penguasaan dan
pembelajarannya, lingkungan yang mayoritas akan mendukung dan menstimulasi keadaan
menjadi seperti yang diharapkan.
Sekolah harus memiliki metode dan
pembelajaran yang terarah dan kredebilitas, artinya bahasa Inggris yang
diterapkan disesuaikan dengan kebutuhan siswa, jangan sampai sekolah jurusan
akuntansi diberikan pembelajaran mengenai Inggris Teknik atau Mesin misalnya.
2.2. Metode
Penguasaan Bahan Kurikulum
Sering kita jumpai siswa yang
menjelang ujiannya tidak memiliki percaya diri, tidak siap, sibuk belajar
dengan tergesa-gesa bahkan menjelang ujiannya kesehatannya terganggu. Lalu
bagaimana siswa dan pengajarnya selama tiga tahun kebelakang mempersiapkan diri
untuk menghadapai hal seperti itu?. Bukankah waktu tiga tahun adalah waktu yang
panjang jika digunakan untuk mempersiapkan waktu.
Banyak kesalahan yang dibuat oleh
sekolah dan pengajar dalam menerapkan sistem pengajarannya. Siswa diberikan
pelajaran tanpa harus tahu apa yang harus mereka tuju, mereka sekedar mengerti
dengan materi saat itu, sehingga siswa tidak bisa berkompetisi dalam mencapai
tujuan akhir dari suatu materi pelajarannya.“Kita tidak tahu sampai dimana kalau kita tidak tahu mau kemana”,
pepatah ini harus diterapkan dalam pengajaran di sekolah. Seseorang yang hendak
pergi, dia harus tahu mau kemana dia pergi, sehingga dia tidak tersesat dan
lelah dalam perjalanannya.
Seorang siswa sebelum memulai
pelajarannya diberikan arahan mengenai tujuan akhir pelajarannya, dia harus
tahu apa yang harus dia kuasai menjelang kelulusannya, sehingga pada saatnya
nanti mereka sudah siap menghadapi ujian akhirnya. Sekolah memiliki materi dan
bahan ujian tahun-tahun sebelumnya sebagai salah satu acuan untuk memberikan
masukan pada siswa apa yang harus mereka kuasai pada saat ujiannya nanti. Siswa
diberikan informasi yang banyak mengenai materi dan bahan ujian itu dan
langkah-langkah apa saja yang harus mereka lakukan untuk menguasai materi
tersebut.
Sistem pengajaran yang efektif
adalah pengajar tidak hanya fokus pada individu siswa semata yang nantinya
sulit untuk mengawasi dan mengevaluasi mereka. Pengajar mengelompokkan mereka dalam
beberapa kelompok belajar, sehingga ada persaingan terbuka antar kelompok
belajar mereka sehingga mereka akan termotifasi untuk lebih aktif mencari bahan
belajar untuk memajukan kelompoknya masing-masing. Jangan lupa pengajar
memberikan kebebasan siswa untuk menamakan kelompoknya masing-masing sebagai
prestige yang harus mereka perjuangkan dalam menjadi kelompok yang terbaik dari
kelompok lainnya.
2.3. Metode
Peningkatan Prestasi Ekstrakurikuler
Banyak sekolah yang terangkat
namanya dari hasil prestasi siswa-siswanya dibidang seni dan olah raga. Sekolah
menjadi terkenal karena prestasi ekstrakurikulernya dan prestasi yang mereka
raih. Ada siswa yang memiliki prestasi jauh sebelum siswa itu masuk ke sekolah,
atau sekolah itu sendiri membentuk siswanya menjadi siswa yang berprestasi.
Untuk itu sekolah harus mampu melihat bakat-bakat yang mereka miliki maupun
melatih mereka dengan baik untuk mencapai prestasi yang maksimal. Waktu yang
dimiliki siswa dan pengajar sangatlah minim untuk membina suatu prestasi, namun
dengan fasilitas dan teknik berlatih yang baik, sekolah akan mampu meraih hasil
yang maksimal.
Kita tahu rumus prestasi adalah
berlatih yang tekun, banyak berlomba dan belajar dari kekalahan. Siswa diberikan
rangsangan supaya giat dan termotivasi dalam latihan yaitu dengan mendatangkan
‘teman tanding’ sebanyak-banyaknya atau banyak mengikuti lomba di luar sekolah.
Yang perlu diperhatikan sekolah
adalah memberikan dedikasi yang setinggi-tingginya bagi siswa yang berprestasi
mengharumkan nama sekolah, misalnya dengan memberikan uang saku satu semester
atau mengabadikan photo dan namanya pada dinding sekolah sebagai contoh bagi
siswa lainnya untuk ikut berprestasi.
3.
SEKOLAH
IMPIAN
Sekolah
yang berstandar Sekolah Harapan dapat meningkatkan kualitas sekolahnya menjadi
sekolah impian, yaitu sekolah yang memiliki jaminan, sekolah menjamin sarana
dan prasarana yang lebih dari cukup, sekolah menjamin tersedianya pengajar yang
bermutu, sekolah menjamin bahwa lulusannya adalah yang berkualitas dengan
kemampuan kompetensi lebih dari sekolah harapan. Artinya sekolah impian tidak
semata memberikan dan menerapkan metode atau sistem pengajaran yang handal
saja, tetapi memberikan jaminan kepada siswanya. Mereka akan memiliki kemampuan
di atas rata-rata untuk membekali mereka dalam persaingan terhadap lulusan
sekolah-sekolah lain.
Di
sekolah ini siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan saja, tapi sekolah juga
mengawasi kejiwaan siswa, perilaku di luar sekolah, hubungan pergaulan sesama
siswa maupun komunitas lain. Siswa yang kurang mampu bersaing atau menyerap
pelajaran sekolah diperiksa oleh ahli jiwa untuk menemukan penyebab kenapa
siswa kurang mampu menyerap pelajaran atau kualitasnya menurun. Itu dibutuhkan
karena sekolah memang mempunyai kewajiban untuk mengantarkan siswanya kepada
jaminan yang diberikan oleh sekolah yaitu jaminan lulusan yang berkualitas.
Bakat dan kemampuan mereka harus benar-benar dikembangkan dan diarahkan supaya
menjadi prestasi bagi dirinya dan sekolah.
Bahasa
Inggris bagi siswa kelas 11 bukan merupakan bahasa asing, tapi menjadi bahasa
wajib yang dipakai sehari-hari selain bahasa Indonesia. Kemudian siswa memilih
sesuai kebutuhan bahasa asing lainnya sebagai bahan ekstrakurikuler wajib
lainnya. Begitu juga pengetahuan lainnya, siswa diarahkan supaya memiliki hasil
karya sendiri.
Hal
lain yang ditawarkan oleh sekolah impian adalah cara berpikir siswa menjadi
lebih kreatif, mereka tidak cuma diajarkan bagaimana cara menyelesaikan suatu
masalah saja, tapi juga bagaimana memahami permasalahan itu. Untuk itu peran
pengajar yang bermutu sangat mutlak diperlukan, pengajar harus memiliki trik
pengajaran yang kreatif.
3.1. Evaluasi
semua rencana dapat dijalankan
sesuai dengan harapan, kadang di dalamnya banyak menemui kendala bahkan lebih
buruk dari yang dibayangkan. Sesuatu dinyatakan gagal kalau kita tidak dapat
menemukan penyebab dari kegagalan tersebut. Rencana yang tidak sesuai dengan
yang diharapkan sebenarnya langkah peningkatan dari suatu penerapan yang ada. Sebagai
contoh; ada siswa kelas 11 yang belum menguasai bahasa Inggris, setelah
dilakukan investigasi oleh tim sekolah ternyata siswa itu tidak dapat menyerap
metode pengajaran yang diterapkan sekolah. Maka sekolah mengevaluasi kembali
metode pengajarannya atau menambah catatan untuk siswa-siswa tertentu yang
tidak dapat menyerap pelajaran dengan metode yang ada.
3.2. Konsekuensi
3.2. Konsekuensi
Konsekuensi dari sekolah ini adalah pembiayaan yang tinggi, untuk itu maka sekolah harus dapat membuat sistem pengajaran yang efisien tapi efektif dan kreatif. Metode pembelajaran yang biasanya memerlukan waktu 1 semester bisa menjadi 3 bulan bahkan kurang.
4.
PEMBENTUKAN
TIM
Untuk
mencapai harapan-harapan di atas, langkah awal yang harus dilakukan oleh
sekolah adalah kepala sekolah membentuk Tim Kecil Pengembangan Sekolah, kepala
sekolah menunjuk secara pribadi orang-orang yang memiliki kemampuan.
Tugas
tim kecil ini adalah;
-
menilai standar sekolah secara jujur,
-
mengumpulkan informasi mengenai kekurangan dan
kelebihan sekolah,
-
menentukan sasaran prioritas,
-
menyusun program kerja prioritas jangka pendek.
Dengan 3 atau 4 orang tim
pengembangan sekolah ini diharapkan sudah mampu membuat pondasi untuk melangkah
menuju langkah pertama mengaplikasi program kerja yang sudah dibuat, di samping
manajemen sekolah yang ada (wakil kurikulum, wakil sarpras, kesiswaan dll).
4.1 Standar
Sekolah
Ada 2 standar
sekolah yang harus dicatat, Standar Penilaian dan Standar Kemampuan. Contoh
standar penilaian sekolah adalah sekolah memiliki nilai standar akreditasi,
sekolah memiliki nilai standar persentase kelulusan siswa, sekolah memiliki
nilai standar KKM dan lain-lain. Contoh Standar Kemampuan adalah sekolah
memiliki dan mengerjakan sendiri alat membuat ID Card/Kartu Pelajar, Scan
Lembar Jawaban Komputer (LJK), mengelola website, memonitor kelas dan
ruang-ruang lain dengan CCTV yang terpadu dengan internet, memiliki server
sekolah dan kemampuan-kemampuan lain yang dimiliki sekolah sebagai penunjang
pembelajaran.
1 komentar:
ga nyangkan saya bisa menemukan sebuah permata diantara bebatuan...
jarang-jarang bisa nemu artikel bermanfaat dan membuka wawasan kaya gini, sukses terus mas! ;)
Posting Komentar